Rabu, 13 Januari 2010

Sistem Sosial Budaya





1.   Ruang Lingkup



Gagasan bahwa lingkungan sosial-budaya bersistem (systematized) merupakan pokok persoalan atau bidang studi dan kajian dalam ilmu-ilmu sosial. Sistematisasi (systemization) lingkungan sosial dan budaya terjadi melalui penyesuaian bersama (mutual adjustment) dalam norma-norma, ide-ide, nilai-nilai, estetika dan unsur-unsur kebudayaan lainnya.



Secara umum teori-teori dan konsep-konsep mengenai lingkungan sosial dapat mencakup berbagai rumusan dan konseptualisasi yang luas yang meliputi:



(1)            sistem sosial (social system);



(2)            struktur sosial (social structure),



(3)            kelompok sosial (social group) dan



(4)            organisasi sosial (social organization)







yang semuanya dapat dilihat melalui unsur-unsur kebudayaan (elements of culture) – yang sekaligus adalah isi kebudayaan (content of culture).



Sebagai makhluk budaya, makhluk yang menciptakan unsur-unsur, sekaligus isi kebudayaan, manusia berada dalam lingkungan budaya yang teori dan konsepnya dapat mencakup berbagai rumusan dan konseptualisasi yang luas yang meliputi:



(1)            keberagaman budaya (cultural diversity);



(2)            identitas/jati diri budaya (cultural identity);



(3)            tipe-tipe budaya masyarakat (types of societies); dan



(4)            budaya masyarakat moderen (modern societies).







Dalam setiap lingkungan sosial dan budaya, manusia dan masyarakat memiliki unsur-unsur yang merupakan isi kebudayaan  yang meliputi



(1)            sistem religi dan upacara keagamaan;



(2)            sistem pengetahuan;



(3)            sistem teknologi dan peralatan;



(4)            bahasa;



(5)            kesenian;



(6)            sistem dan organisasi kemasyarakatan;



(7)            sistem mata pencaharian hidup



(Koentjaraningrat, 1984).



Dalam memenuhi hajat hidup dan kebutuhan lingkungannya, semua masyarakat manusia memiliki unsur-unsur kebudayaan tersebut.



2. Lingkungan Sosial



2.    1. Sistem sosial (social system)



2. 1. 1. Manusia, makhluk sosial



Berdasarkan kebutuhan dan alam lingkungannya, manusia merupakan makhluk sosial (social creature) – meskipun kadang-kadang “antisocial,” yakni terpisah dari manusia lainnya. Kesadaran manusia berada dalam tubuh yang lemah dan tidak abadi (mortal). Itulah kenyataan ambivalen yang dihadapi dan dihayati manusia – sehingga akhirnya, mau tak mau, species manusia hanya bertahan hidup (survive) dan mengabadikan diri melalui kehidupan sosial (social life).



Kebutuhan untuk memenuhi hajat hidup (subsistence), melanjutkan keturunan (procreation), membesarkan anak (child rearing), dan pertahanan bersama (mutual defense), memaksa manusia terikat dalam organisasi satuan2 sosial (organized social aggregates). Tak pernah manusia bertahan hidup secara normal dalam keadaan yang-tidak-sosial (nonsocial state).



Istilah “masyarakat” (society) dapat digunakan untuk menunjuk “satuan2 sosial” (aggregates of people) yang memanfaatkan otonomi ekonomi dan politik, menghimpun warga2 baru melalui pelanjutan keturunan. Dalam pengertian luas, “masyarakat” (society) adalah negara, bangsa; dalam pengertian sempit, “masyarakat” (community) adalah “etnik,” “suku,” “kelompok” – atau “unit/kelompok social terorganisir” (organized aggregates). Secara internal, masyarakat terbagi dalam bagian2 khusus (specialized parts) yang melakukan kegiatan saling berkaitan dan saling membutuhkan (Murphy, 1979: 35).



2. 1. 2. Bagian & Keseluruhan; Kecil & Besar



Sistem sosial tidak selalu berarti bahwa setiap bagian dari masyarakat atau kelompok secara kaku harus saling berhubungan satu dan lainnya dan secara keseluruhan. Dalam masyarakat, kegiatan-kegiatan tertentu hanya secara longgar berkaitan dengan keseluruhan (satuan) dari sistem sosial, sehingga dalam masyarakat terdapat



(1)      kelompok2 (kecil: clusters) dari tingkah laku yang saling terajut erat, yang hanya terikat lemah dengan kelompok lain dalam sistem;



(2)      sub2sistem dalam sistem (yang lebih besar) sebagaimana sistem dalam hubungan komunitas dalam negara-bangsa dan sistem keluarga dalam komunitas (Murphy, 1979: 37).







Penyimpangan dari keberaturan sistem disebut “patologi sosial” (social pathology) – suatu kondisi masyarakat yang dianggap tidak sehat (unhealthy) (Jary & Jary, 1991: 589).



§ Interrelated Parts: Bagian yang saling berhubungan




Ó A system is any collection of interrelated parts, objects, things or organisms. It is often seen to be purposeful or functional, that is, it exists to satisfy some purpose or goal.



¨Talcott Parsons (1951): a social system is defined in terms of two or more social actors engaged in more or less stable interaction within a bounded environment.



Þ The concept is not, however, limited to interpersonal interaction, and refers also to the analysis of groups, institutions, societies and inter-social entities.



Þ It may, for example, be employed in the analysis of the university of the state (or an orchestra, an hospital, a community, etc) as social systems which have structures of interrelated parts.



§ Two further features associated w/ the concept:



(1)            social systems tend over time towards equilibrium or ‘homoeostasis’, because they are ‘boundary maintaining systems’;



(2)            social systems can be regarded, from a cybernetic point of view, as information systems or input-output systems.



          @ in functionalism (1950s), it was common to draw an analogy between living organisms and social systems as homoeostatic systems, for example, exercise in human beings increases the blood sugar level, heart rate and temperature.



+ We perspire, which has the effect of controlling our body temperature. The body depends on a variety of such feedback mechanisms in order to maintain an equilibrium.



+ Similarly, the parts of a social system are linked together by media of exchange which include a variety of information-carrying symbols such as language, money, influence, or commitments.



Þ Equilibrium may thus be defined as a balance between inputs and outputs.



Þ Any social theory which treats social relations, groups or societies as a set of interrelated parts which function to maintain some boundary or unity of the parts is based implicitly or explicitly on the concept of ‘social system’.



Þ For some theorists, the concept is inescapable as the basis of a scientific approach to social data (Abercrombie, Hill and Turner. 1988: 229-30).







2. 1. 3. Hubungan dan Ikatan Sosial



Masalah utama dari ikatan/asosiasi sosial tidak selalu  pembentukan hubungan2 positif dengan orang2. Setiap ikatan sosial (social tie) adalah berdasarkan social disjunction (perbedaan tempat tapi satu tujuan, seperti sepasang rel kereta api). Suatu ikatan persahabatan hanya bermakna jika dikontraskan dengan kategori bukan-teman (nonfriend). Lebih jauh, jika ada kategori musuh (enemy), yang memberikan nada emosional positif dalam proporsi langsung pada tingkat permusuhan atau peperangan (hostility): ikatan paling dekat dari keanggotaan kelompok (group membership) adalah berdasarkan eksklusi pihak/orang lain dari kelompok; sedangkan ikatan paling dekat ada dalam urusan pribadi (Lihat juga, Ibrahim, 2002: 29-35).



2. 2. Struktur Sosial (social structure)



(1). Any relatively enduring pattern or interrelationship of social elements, e.g. CLASS structure. (Weber: [economic] class, [social] status, [political] party)



(2). The more or less enduring pattern of social arrangement within a particular society, group, or social organization, e.g. the ‘social structure of Great Britain(Jary & Jary. 1991: 597-98).



(3). (a). Any recurring pattern of social behaviour;



(b). Generally preferred approach: social structure refers      to the enduring, orderly and patterned relationships between elements of a society (Abercrombie, Hill and Turner. 1988: 228-29).







¨ Notion of ‘element’



® A.R. Radcliffe-Brown (1952): thought of social structures as relationships of a general and regular kind between people;



® S.F. Nadel: suggested roles as the elements.



® Other sociologists (esp. Functionalists):



social institutions, as organized patterns of social behaviour, are proposed as the elements of social structure.



Þ define societies in terms of functional relations between social institutions ¯ for them: certain elements of social structure – social institutions – are necessary because they are functional prerequisites.



® P. Berger & T. Luckmann (1967): social structures are themselves the creation of active human beings. 



(Abercrombie, Hill and Turner. 1988: 228-29).











2.    3. Kelompok sosial (social group)



2. 4. Organisasi sosial (social organization)



3. Lingkungan Budaya



3. 1. Keberagaman Budaya (cultural diversity)



3. 2. Identitas/jati diri budaya (cultural identity)



3. 3. Keberagaman budaya (cultural diversity)



3. 4. Tipe-tipe budaya masyarakat (types of societies)



3. 5. Budaya masyarakat moderen (modern societies)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar