Rabu, 13 Januari 2010

Sajak Satu Kota



Seseorang hendak menjaga kota peradaban yang basah tatkala mendung memutih merata mengawali hari di taman-taman kebudayaan penuh rembesan darah bergelimang harapan menebar-nebarkan sayap petuah, kerinduan, cinta, pesona keteduhan, kegaiban kejujuran, kesabaran warga, kesalehan sosial, interaksi politik yang santun, revitalisasi situs, dan keragaman etnik;
pernah kau sapa sedang apa? sabar prihatin hukum sosial menekan urat nadi kesantunan penduduk kota sembari menggambar masa depan laut utara yang mendesak lahan-lahan peraturan adat elevasi bagian lama yang kau bayangkan sebagai kekuatan rohani masa yang indah, nafas pengembangan bumi mandiri, gairah local inner power, buah teknik organik, bahan arsitektur komunitas, tanggung jawab petinggi birokrasi dan peluang rob;
sebenarnya lingkungan bergizi padat berkah mendorong aktualisasi kekuasaan renungan jiwa merdeka dan penanggulangan bencana spiritual ummat; tapi siapa yang lelah terpukau terancam pembatalan tumbuh habitat antropologi taqwa! satu kota dengan banyak keluh.

Sudah jelas bukan sosiologi tumbuh-tumbuhan yang memandang gejolak politik konsumsi, pilihan pohon sarang burung putih yang mengotori jalanan kota, dan judul tesis lingkungan – syaraf ular-ular komunitas bergerak melepas keringat takhayul purba; semakin dendam evaluasi pasaran berkelas ekspor;
kau tentukan sendiri nasib angin;
harga sembako, kampanye angan-angan, keserakahan konstituen, deru badai yang menerbangkan ekor bantuan langsung dedaunan, menuruti ekologi rempah-rempah kepedulian.

Pernah pola kerja komisi itu mau merajang-rajang akar serabut tumbuhan kesukaran berbunga anyir alang-alang kebaharuan dan ketika hadir kau bakar sampai merah-menghijau menandai kepenatan kaum urban, keikhlasan upaya dermawan dengan hewan korban di punggung sepeda.
Tetap berjaga, Ya Aziz, Ya Ghofar, Ya Latief....

Sinar Wijaya, Semarang Nyepi 26 Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar