1. 1. Wawasan dan Teori Budaya
(1) Manusia, Binatang dan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan tak terpisahkan, secara bersama-sama menyusun kehidupan. Tak ada kebudayaan tanpa manusia dan tak ada manusia tanpa kebudayaan. Batasan tentang kebudayaan bisa dilakukan dengan simbol atau penyimbolan (symboling), dalam hubungan ini manusia disebut symboling animal (binatang yang menyimbolkan). Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kebudayaan terjadi dengan penyimbolan (symboling). Salah satu konsepsi tentang kebudayaan meliputi “beliefs, ideologies, social organization, and technology (the use of tools)” (White, 1973: 9).
Bagaimana dengan tingkah laku binatang yang berbeda dari Homo sapiens? Kenapa tingkah laku mereka tidak disebut kebudayaan? Semua binatang punya organisasi sosial, bahkan tanaman pun punya (Plant ecology: plant sociology). Beberapa binatang menggunakan peralatan, membuat rumah/sarang, yang dipelajari dan diwariskannya dari generasi sebelumnya. Beberapa binatang juga memiliki pengetahuan dan konsepsi. Kenapa tingkah laku mereka bukan (produk) kebudayaan?
Karena tingkah laku, organisasi sosial species mereka ditentukan secara biologis, organisasi sosial mereka merupakan suatu fungsi dari struktur tubuhnya, fungsi dari komposisi genetiknya. Karakteristiknya antara lain, nonprogressive, nonaccumulative. Dalam species manusia, organisasi sosial bukan semata-mata fungsi struktur tubuh, melainkan fungsi suatu tradisi external suprabiological yang disebut “kebudayaan.” Dalam jenis manusia terdapat macam-ragam organisasi sosial dan proses peralatan yang tak terhingga variasinya, yang bersifat progressive dan cumulative, serta symboling atau conceptual.
Oleh sebab itu terdapat dua sosiologi yang secara mendasar membedakan antara organisasi sosial manusia dan organisasi sosial makhluk-makhluk lain:
(1) the sociology of nonhuman species, which is a subdivision of biology;
(2) the sociology of human beings, which is a subdivision of the science of culture, or culturology, because it is a function of this external suprabiological, supraorganic tradition called culture (White, 1979: 9-10).
Kemampuan berbicara pada manusia adalah karakteristik dari proses kebudayaan yang amat penting dan merupakan bentuk karakteristik dari symboling. Dengan kemampuan tersebut manusia mengembangkan kebudayaan sehingga apa yang dihadapinya di dunia dapat diklasifikasikan, dikonseptualisasikan, diverbalisasi-kan. Dengan demikian pula hubungan-hubungan antar benda-benda disusun atas dasar konsepsi-konsepsi (White, 1979: 10).
Hubungan-hubungan biologis sekaligus sosial dipahami melalui ujaran artikulasi (articulate speech), yang merupakan kemampuan dasar bagi pengembangan bahasa. Simpanse dan kera serta binatang-binatang lain punya ayah-ibu, paman-bibi, dan sebagainya, tapi mereka tidak mampu mengklasifikasikan semua hubungan-hubungan tersebut dengan ujaran artikulasi, atau bahasa, yang bersamanya mengandung pula norma, etika, aturan, kebiasaan dan nilai-nilai (adat-istiadat). Dengan ujaran artikulasi, semua orang dengan siapa dia berhubungan sosial diklasifikasikan dan ditentukan; tugas dan kewajiban ditentukan untuk setiap kategori (White, 1979: 11).
(2) Sistem dan Konsep Budaya
Pemahaman terhadap kebudayaan meliputi pengertian “sempit” dan “luas.” Dalam pengertian “sempit” yang meluas, kebudayaan dipahami sebagai “kesenian.” Pementasan kesenian sering disebut sebagai acara budaya; misi kesenian yang melawat ke luar negeri sering dikatakan sebagai misi kebudayaan. Pandangan dan praktek demikian tentu mempersempit pengertian kebudayaan, terutama ditinjau dari unsur-unsur atau isi kebudayaan sebagai strategi perluasan kebudayaan.
Unsur-unsur atau isi kebudayaan secara keseluruhan dari suatu masyarakat terkandung dalam suatu sistem budaya, yaitu
“seperangkat pengetahuan dan pekerjaan yang meliputi pandangan hidup, keyakinan, nilai, norma, aturan, hukum, dari suatu masyarakat, yang dapat dicapai melalui proses belajar dan dimanfaatkan sebagai pedoman untuk menata, mengatur, menilai, dan menafsirkan kegiatan dan aspek-aspek kehidupan dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan” (Melalatoa, 1997: 4-5).
Sosiolog Anthony Giddens (1991: 31) mengenai kebudayaan (culture) dan masyarakat (society):
Culture consists of the values the members of a given group hold, the norms they follow, and the material goods they create. Values are abstract ideals, while norms are definite principles or rules which people are expected to observe. Norms represent the ‘dos’ and ‘don’ts’ of social life....
When we use the term in ordinary daily conversation, we often think of ‘culture’ as equivalent to the ‘higher things of the mind’ – art, literature, music and painting… the concept includes such activities, but also far more. Culture refers to the whole way of life of the members of a society. It includes how they dress, their marriage customs and family life, their patterns of work, religious ceremonies and leisure pursuits. It covers also the goods they create and which become meaningful for them – bows and arrows, ploughs, factories and machines, computers, books, dwellings.
‘Culture’ can be conceptually distinguished from ‘society’, but there are very close connections between these notions. ‘Culture’ concerns the way of life of the members of a given society – their habits and customs, together with the material goods they produce. ‘Society’ refers to the system of interrelationships which connects together the individuals who share a common culture. No culture could exist without a society. But, equally, no society could exist without culture. Without culture we would not be ‘human’ at all, in the sense in which we usually understand that term. We would have no language in which to express ourselves, no sense of self-consciousness, and our ability to think or reason would be severely limited….
(Giddens, 1991: 31-32).
(3) Unsur-Unsur Kebudayaan
Secara konseptual, kebudayaan mengandung unsur-unsur yang sekaligus merupakan isi kebudayaan. Unsur-unsur atau isi kebudayaan tersebut (Koentjaraningrat, 1974), yang membuat kita lebih mudah memahami kebudayaan secara luas, meliputi:
(1) Sistem dan organisasi kemasyarakatan;
(2) Sistem religi dan upacara keagamaan;
(3) Sistem mata pencaharian;
(4) Sistem (ilmu) pengetahuan;
(5) Sistem teknologi dan peralatan;
(6) Bahasa; dan
(7) Kesenian.
Unsur-unsur kebudayaan tersebut merupakan isi kebudayaan yang universal, yang terdapat pada semua masyarakat manusia di mana pun mereka berada (Koentjaraningrat, 1974), baik dalam masyarakat sederhana (less developed) dan terpencil (isolated), berkembang (developing), maupun maju (developed) dan rumit (complex). Unsur-unsur tersebut juga menunjukkan (jenis-jenis atau kategori) pekerjaan manusia untuk “mengisi” atau “mengerjakan”, atau “menciptakan” kebudayaan, yang sekaligus adalah tugas manusia sebagai “utusan (khalifah)” di dunia.
Unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat dirinci dan dipelajari dengan kategori-kategori sub-unsur dan sub-sub-unsur, yang saling berkaitan dalam suatu sistem budaya dan sistem sosial.
(4) Sistem Budaya Indonesia
Dengan melihat kondisi masyarakat yang majemuk, tidak mudah menentukan sistem budaya Indonesia . Namun setidak-tidaknya terdapat 3 (tiga) macam kebudayaan, atau sub-kebudayaan, dalam masyarakat Indonesia :
(1) Kebudayaan Nasional Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 45;
(2) Kebudayaan suku-suku bangsa;
(3) Kebudayaan umum lokal sebagai wadah yang mengakomodasi lestarinya perbedaan-perbedaan identitas suku bangsa serta masyarakat-masyarakat yang saling berbeda kebudayaannya yang hidup dalam satu wilayah, misalnya pasar atau kota (Melalatoa, 1997: 6).
Harsya W. Bachtiar (1985: 1-17) menyebut berkembangnya 4 (empat) sistem budaya di Indonesia , yakni
(1) Sistem Budaya Etnik: bermacam-macam etnik yang masing-masing memiliki wilayah budaya (18 masyarakat etnik, atau lebih);
(2) Sistem Budaya Agama-agama Besar, yang bersumber dari praktek agama-agama Hindu, Budha, Islam, Kristen, dan Katolik;
(3) Sistem Budaya Indonesia : bahasa Indonesia (dari Melayu), nama Indonesia , Pancasila dan UUD-RI.
(4) Sistem Budaya Asing: budaya-budaya India , Belanda, Arab/Timur Tengah, Cina, Amerika, Jepang, dsb.
Selain itu, berkembang pula “Sistem Budaya Campuran” di Indonesia .
1. 2. Budaya Jawa Tengah
Orang-orang Jawa Tengah adalah manusia Jawa yang secara kolektif sudah sejak lama berkebudayaan dan berperadaban tinggi. Orang-orang Jawa Tengah sudah berabad-abad merintis, menumbuhkan dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban, melakukan kegiatan-kegiatan dan menghasilkan karya-karya yang cermat, rumit, halus, enak dan bermutu.
Kebudayaan dan peradaban yang dibangun dan dikembangkan orang-orang Jawa Tengah tidak hanya yang bersifat kebendaan, atau yang material, tangible, yang mudah disentuh, diraba dan dirasakan indera secara fisik, melainkan juga yang bukan-benda, atau yang immaterial, intangible, dan abstrak.
Warisan-warisan dari masa lalu, yang menunjukkan keluhuran dan kemuliaan budaya dan peradaban yang hidup dan berkembang di Jawa Tengah masih dapat mempesona dan membangkitkan kebanggaan bagi mereka yang memahami dan menghayatinya. Warisan-warisan budaya dan peradaban yang sekarang masih dirawat dan dilestarikan diharapkan dapat menumbuhkan kenangan yang pada gilirannya menjadi pendorong kemajuan dan kemuliaan kebudayaan dan peradaban yang bermutu tinggi bagi generasi-generasi penerus budaya.
1. 3. Pesona Budaya Jawa Tengah
Hasil cipta budaya dan peradaban masyarakat Jawa Tengah pada masa lalu terbukti telah dirawat dan dikembangkan dalam berbagai implementasi dan ekspresi baik yang tangible maupun yang intangible oleh masyarakat Jawa Tengah moderen hingga pada hari ini. Begitu banyak hasil cipta budaya dan peradaban masyarakat Jawa Tengah yang berasal dari masa lalu maupun yang diciptakan hingga sekarang yang begitu mempesona, indah, menawan, menarik, khas, unik, penting dan istimewa.
Kenyataan kultural demikian kiranya sangat perlu mendapat perhatian kita sekalian, tidak hanya masyarakat dan pemerintah Jawa Tengah saja, melainkan juga masyarakat Indonesia dan dunia. Karena budaya dan peradaban Jawa Tengah yang mempesona dan bermutu kiranya bukan hanya milik masyarakat dan pemerintah Jawa Tengah, melainkan buah-buah dari pohon-pohon kebudayaan yang disajikan tidak hanya bagi masyarakat Jawa Tengah, melainkan kepada manusia Indonesia dan ummat manusia.
Kecintaan dan rasa memiliki terhadap hasil karsa dan cipta manusia Jawa Tengah yang pada gilirannya menumbuhkan dan mengembangkan patriotisme, nasionalisme, jati diri bangsa dan martabat manusia, kiranya harus dipertahankan, dikembangkan dan ditingkatkan melalui kegiatan-kegiatan pendataan, inventarisasi, dokumentasi, deskripsi dan penyajian yang indah dan menarik dalam suatu kemasan. Citra dan jati diri yang berupa mozaik budaya Jawa Tengah kiranya layak disajikan dalam buku Pesona Budaya Jawa Tengah.
2. Tujuan dan Sasaran
(1) Menyajikan mozaik budaya Jawa Tengah untuk meningkatkan pengenalan, pemahaman, kepedulian dan kecintaan masyarakat Jawa Tengah dan para tamu, pengunjung luar daerah dan luar negeri, terhadap warisan budaya dan hasil cipta karya budaya masyarakat Jawa Tengah yang dirawat, dilestarikan, dimanfaatkan dan dikembangkan sampai sekarang.
(2) Menyajikan ragam budaya Jawa Tengah dalam buku Pesona Budaya Jawa Tengah yang berisi informasi tentang keunikan kawasan, warisan budaya dan peradaban, serta kekhasan budaya di Jawa Tengah dalam 3 (tiga) bahasa, yaitu bahasa Jawa, Bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
3. Metode dan Kegiatan
Penyusunan buku Pesona Budaya Jawa Tengah akan memanfaatkan metode-metode dengan kegiatan-kegiatan dalam penelitian pustaka dan penelitian lapangan, untuk menghasilkan laporan akhir berupa sebuah buku setebal sekitar 140 halaman.
3. 1. Penelitian Pustaka
Penelitian pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang berupa dokumen gambar, foto, peta, disain dan deskripsinya yang sudah diterbitkan dan yang belum diterbitkan, dengan cara membeli, meminjam atau meminta, untuk dimanfaatkan dalam penyusunan buku ini.
Sumber-sumber data dan informasi dalam penelitian pustaka meliputi perpustakaan-perpustakaan, kantor-kantor, penerbitan-penerbitan dan media massa komunikasi, baik milik pemerintah maupun bukan-pemerintah, terutama di Jawa Tengah. Kemudian sumber-sumber juga akan dikumpulkan dari dokumen-dokumen pribadi dan situs/website/portal internet, serta sumber-sumber lain.
3. 2. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan akan memanfaatkan teknik-teknik observasi, wawancara dan rekaman audio dan visual, di lapangan yang dipilih berdasarkan kepentingannya.
Sampel akan ditentukan berdasarkan kepentingan, keunikan, kekhasan dan keistimewaan budaya, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan wilayah dan daerah di Jawa Tengah.
3. 3. Tahapan Kegiatan Penelitian dan Pencetakan
(1) Pengumpulan data dan informasi pustaka tentang ragam budaya, dengan kegiatan-kegiatan, sebagai berikut:
(a) studi pustaka, analisis dan pengolahan data dan informasi;
(b) diskusi pakar;
(c) pemilahan dan pemilihan ragam budaya yang hendak disajikan.
(2) Studi lapangan di kawasan, wilayah atau daerah di Kabupaten dan Kota , yang meliputi kegiatan-kegiatan:
(a) memilih dan menentukan lokasi dan jadual kunjungan;
(b) melakukan pengamatan dan perekaman;
(c) melakukan wawancara dan wawancara mendalam dengan narasumber.
(3) Analisis dan Penulisan Laporan
(a) melakukan kategorisasi dan klasifikasi data pustaka dan lapangan;
(b) menyusun draf laporan awal,
(c) menyelenggarakan pembahasan draf laporan dengan para pakar;
(d) menyusun laporan perbaikan dan laporan dalam bentuk buku;
(e) menyusun draf buku dalam 3 (tiga) bahasa: bahasa Jawa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
(f) melakukan penyuntingan dalam 3 (tiga) bahasa: bahasa Jawa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris;
(4) Pencetakan buku Pesona Budaya Jawa Tengah
(a) melakukan review dan penyuntingan akhir isi buku;
(b) melakukan penyempurnaan desain sampul buku;
(c) melakukan penentuan format dan bentuk cetakan;
(d) melakukan pencetakan menjadi draf cetakan awal;
(e) melakukan proofdruk, review dan koreksi akhir cetakan;
(f) melakukan pencetakan final.
(5) Penyerahan buku: melakukan penyerahan buku sebagai laporan penelitian dan seluruh pekerjaan.
4. Contoh-contoh Gambar Buku Pesona Budaya Jawa Tengah (Lampiran 1)
5. Sistematika Buku
5. 1. Rencana Garis Besar
(1) Halaman sampul: Sampul Luar dan Sampul Dalam
(2) Halaman kata-kata bijak
(3) Sambutan Gubernur Jawa Tengah
(4) Para Pemimpin: Para Gubernur dan Ketua DPRD Jawa Tengah
(5) Pendahuluan
(6) Peta Tematik
(7) Isi
(8) Penutup
(9) Daftar Pustaka
(10) Ucapan Terima Kasih dan Tim Penyusun
(11) Lampiran-lampiran.
5. 2. Rencana Isi: Lokasi dan Obyek
No | Lokasi | Obyek | Jml |
I | Pesona Alam | ||
1 | Selo, Kab Boyolali | ||
2 | Kab Temanggung | ||
3 | Tawangmangu, Kab Karanganyar | Grojogan Sewu | |
4 | Sukorejo, Kab Kendal | Curug Sewu | |
5 | Kab Tegal | Guci | |
6 | Kab Kebumen | Gua Petruk | |
7 | Kep Karimunjawa, Kab Jepara | Kura-kura Resort | |
8 | Kab Cilacap | Segara Anakan | |
9 | Kab Banyumas | Baturraden | |
10 | Kab Wonosobo | Dieng Plateau | |
11 | Grabag, Kab Magelang | Kebun Kopi, Losari Plantation Resort | |
12 | Randublatung, Kab Blora | Hutan Randublatung | |
13 | Kabupaten Batang | Hutan Alas Roban | |
14 | Kabupaten Grobogan | Bleduk Kuwu | 14 |
II | Warisan Purbakala | ||
1 | Gedung Batu, | Sam Poo Kong | |
2 | Kadilangu, Kab Demak | Makam Sunan Kalijaga | |
3 | Kab Sragen | Sangiran | |
4 | Candi Borobudur | ||
5 | Mendut. Kab Magelang | Candi Mendut | |
6 | Dsn Darum, Candi, Kab | Candi Gedongsongo | |
7 | Karangpandan, Kab Karanganyar | Candi Sukuh | |
8 | Dieng, Kab Banjarnegara | Candi Pandawa | 8 |
III | Tempat Peribadatan | ||
1 | Kauman, | Masjid Gede | |
2 | Gajah Raya, | Masjid Agung Jawa Tengah | |
3 | Kab Demak | Masjid Agung Demak | |
4 | Kab Kudus | Masjid Menara Kudus | |
5 | Kota Lama. | Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) atau Gereja Blenduk | |
6 | Vihara Agung | ||
7 | Watugong, | Vihara Buddhagaya | 7 |
IV | Pesona Kraton | ||
1 | Kasunanan | ||
2 | Pura Mangkunegaran | 2 | |
V | Komunitas dan Etnik | ||
1 | Pecinan, | Pecinan | |
2 | Kauman, | Arab Kauman | |
3 | Pasar Kliwon, | Kampung Arab | |
4 | 4 | ||
VI | Seni Tari dan Suara | ||
1 | Kraton, | Tari Bedoyo dan Srimpi | |
2 | Rakyat, Kab Blora | Tayub | |
3 | Rakyat, Kab Banyumas | Ronggeng | |
4 | Kab Karanganyar | Campursari Didi Kempot | |
5 | Waljinah | 5 | |
VII | Seni Kriya dan Kerajinan | ||
1 | Batik Pekalongan | ||
2 | Batik Sala | ||
3 | Wayang Kulit dan Keris | ||
4 | Klampok, Kab Purbalingga | Keramik | |
5 | Kab Jepara | Ukir-ukiran dan mebel | |
6 | Kab Kudus | Rokok Kretek | |
7 | Kab Kudus | Jenang Kudus | |
8 | Juwana, Kab Pati | Kuningan | |
9 | Getuk Trio | ||
10 | Sokaraja, Kab Banyumas | Getuk Goreng | |
11 | Kab Brebes | Telur Asin | |
12 | Kab Wonogiri | Jamu Seduh dan Jamu Gendong | |
13 | Kab Karanganyar | Rumah Joglo Pedalaman | |
14 | Kab Kudus | Rumah Joglo Pesisiran | 14 |
VIII | Pasar | ||
1 | Pasar Johar | ||
2 | Kab Brebes | Pasar Desa | |
3 | Desa Ngrengas, Ambarawa, Kab | Pasar Hewan, Pasar Pon | 3 |
IX | Pesona Buah dan Bunga | ||
1 | Muntilan, Kab Magelang | Salak Nglumut | |
2 | Ace Budur | ||
3 | Kab Demak | Blimbing Demak | |
4 | Kab Jepara | ||
5 | Bandungan, Kab | Kebun Bunga | 5 |
X | Rancang Bangun | ||
1 | Kab Boyolali | Waduk Kedung Ombo | |
2 | Kab Wonogiri | Waduk Gajah Mungkur | 2 |
XI | Gerbang | ||
1 | Pelabuhan Tanjung Mas | ||
2 | Bandar Udara A. Yani | 2 | |
XII | Energi Alam | ||
1 | Cepu, Kab Blora | Gas dan Minyak Bumi Blok Cepu | 1 |
XIII | Pahlawan | ||
1 | Rumah Residen/Bakorlin Magelang | P. Diponegoro (dg van De Cock) | 1 |
XIV | Pujangga dan Filsuf | ||
1 | R. Ng. Ronggowarsito | ||
2 | Kab. Kudus | R. M. Panji Sosrokartono | 2 |
XV | Legenda dan Pejuang Wanita | ||
1 | Keling, Kab Jepara | Ratu Sima | |
2 | Pertapaan Sonder. Kab Jepara | Ratu Kalinyamat | |
3 | Kab Rembang | R. A. Kartini | 3 |
XVI | Mitos | ||
1 | Jawa Tengah | Semar, Sang Pamomong | 1 |
XVII | Gunung | ||
1 | Pos Pengamatan Selo, Kab Boyolali | Gunung Merapi | |
2 | Gunung Tidar | 2 | |
Jumlah Lokasi dan Obyek | 75 |
6. Jadual Kegiatan
No | Minggu ke | Kegiatan |
01 | 1 | Rapat persiapan peneliti |
02 | 2 | Pembagian kerja peneliti |
03 | 3 | Pengumpulan data pustaka |
04 | 4 | Pengumpulan data pustaka dan diskusi pakar 1 |
05 | 5 | Pengumpulan data di lapangan |
06 | 6 | Pengumpulan data di lapangan |
07 | 7 | Pengumpulan data di lapangan dan diskusi pakar 2 |
08 | 8 | Klasifikasi dan analisis data |
09 | 9 | Analisis data |
10 | 10 | Penyusunan laporan penelitian |
11 | 11 | Penyusunan dan pencetakan buku |
12 | 12 | Penyerahan buku (awal Juli 206) |
7. Rencana Anggaran dan Belanja (RAB)
1. Biaya Pakar, Tenaga Teknis dan Staf | ||||||
No. | Jabatan | Satuan | Biaya Satuan (Rp) | Total (Rp) | ||
1. 1 | Pakar | |||||
1 | Ketua | 3 | Bulan | 4.000.000 | 12.000.000 | |
2 | Sekretaris 1 | 3 | Bulan | 3.000.000 | 9.000.000 | |
3 | Sekretaris 2 | 3 | Bulan | 2.500.000 | 7.500.000 | |
4 | Anggota 1 | 3 | Bulan | 2.000.000 | 6.000.000 | |
5 | Anggota 2 | 3 | Bulan | 2.000.000 | 6.000.000 | |
6 | Anggota 3 | 3 | Bulan | 2.000.000 | 6.000.000 | |
7 | Ahli Bahasa/Terjemahan | 2 | Bulan | 1.500.000 | 3.000.000 | |
1. 2 | Tenaga Teknis | |||||
8 | Pengumpul data | 15 | Orang | 5.000.000 | 75.000.000 | |
1. 3 | Staf | |||||
9 | Administrasi dan Perkantoran | 3 | Orang | 3.000.000 | 9.000.000 | |
Subtotal 1 | 143.500.000 | |||||
2. Biaya Penelitian | ||||||
No | Kegiatan | Satuan | Biaya Satuan (Rp) | Total (Rp) | ||
1 | Rapat persiapan peneliti 5x | 7 | Orang | 200.000 | 7.000.000 | |
2 | Rapat Pembagian kerja peneliti 2x | 7 | Orang | 200.000 | 2.800.000 | |
3 | Pengumpulan data pustaka | 6 | Orang | 3.000.000 | 18.000.000 | |
4 | Diskusi pakar 1 | 1 | Sidang | 5.000.000 | 5.000.000 | |
5 | Pengumpulan data di lapangan | 75 | Obyek | 500.000 | 37.500.000 | |
6 | Diskusi pakar 2 | 1 | Sidang | 5.000.000 | 5.000.000 | |
7 | Klasifikasi data | 1 | Paket | 15.000.000 | 15.000.000 | |
8 | Analisis data | 1 | Paket | 20.000.000 | 10.000.000 | |
9 | Penyusunan laporan | 1 | Paket | 25.000.000 | 25.000.000 | |
10 | Penyusunan buku | 1 | Paket | 25.000.000 | 25.000.000 | |
1. Biaya Terjemahan | ||||||
(a) Indonesia-Jawa | 140 | Hal | 30.000 | 4.200.000 | ||
(b) Indonesia-Inggris | 140 | Hal | 30.000 | 4.200.000 | ||
2. Biaya Penyuntingan | ||||||
(a) Indonesia-Jawa | 140 | Hal | 30.000 | 4.200.000 | ||
(b) Indonesia-Inggris | 140 | Hal | 30.000 | 4.200.000 | ||
Subtotal 2 | 167.100.000 | |||||
3. Biaya Bahan Produksi | ||||||
No. | Kegiatan | Satuan | Harga Satuan (Rp) | Total (Rp) | ||
1 | Pengadaan Kertas HVS Kuarto 80 gr | 20 | Rim | 30.000 | 600.000 | |
2 | Pengadaan Cartridge Printer Colour | 5 | Unit | 160.000 | 800.000 | |
3 | Pengadaan Cartridge Printer BW | 5 | Unit | 70.000 | 300.000 | |
4 | Pengadaan transparency Fullmark A4 | 5 | Pak | 120.000 | 600.000 | |
5 | Alat tulis | 1 | Paket | 2.000.000 | 2.000.000 | |
6 | Fotokopi | 1 | Paket | 5.000.000 | 5.000.000 | |
7 | Sewa Kamera Foto | 15 | Unit | 500.000 | 7.500.000 | |
8 | Sewa Desk Computer | 3 | Unit | 2.000.000 | 6.000.000 | |
Subtotal 3 | 22.800.000 | |||||
4. Biaya Produksi | ||||||
No | Kegiatan | Satuan | Harga Satuan (Rp) | Total (Rp) | ||
1 | Desain dan Tata Letak | 140 | Hal | 100.000 | 14.000.000 | |
2 | Proofing | 140 | Hal | 40.000 | 5.600.000 | |
3 | Pemotretan dan Pencetakan Film Full Colour | 140 | Hal | 100.000 | 14.000.000 | |
4 | Pembuatan Plate Full Colour | 140 | Hal | 40.000 | 5.600.000 | |
5 | Pencetakan Film Full Colour | 140 | Hal | 100.000 | 14.000.000 | |
6 | Pengadaan Kertas | |||||
(a) Fancy Paper (Cover + Tempat) | 1250 | Buku | 20.000 | 25.000.000 | ||
(b) Art Paper 150 gram (Isi Buku) | 1250 | Buku | 30.000 | 37.500.000 | ||
7 | Laminasi | 1250 | Buku | 10.000 | 12.500.000 | |
8 | Penjilidan | 1250 | Buku | 10.000 | 12.500.000 | |
Subtotal 4 | 140.700.000 | |||||
Total: 1 + 2 + 3 + 4 | 474.100.000 | |||||
Empat ratus tujuh puluh empat juta seratus ribu rupiah |
8. Peneliti dan Penyusun
Ketua : (1) Prof. Dr. Nurdien H. Kistanto, M. A.
Sekretaris : (2) Drs. Yudiono KS , S. U.
: (3) Dra. Dyah W. Dewi Tunjung, M. I. S.
Anggota : (4) Ir. Totok Roesmanto, M. Eng.
(5) Lapon Tukan Leonardus, S. H., M. A.
(6) Ir. Adji Nugroho, M. S. R.,
Ahli Bahasa/Penerjemah: (7) Dr. I. M. Hendrarti, M. A.
Ahli Fotografi : (8) Drs. Ganug Nugroho Adi
9. Daftar Pustaka
1) Geertz, Clifford. 1960. 1976. The Religion of Java. Chicago and London : The University of Chicago Press.
2) ________. 1973. The Interpretation of Cultures. New York : Basic Books.
3) ________. 1983. Local Knowledge – Further Essays in Interpretive Anthropology. New York : Basic Books.
4) ________. 1995. After the Fact – Two Countries, Four Decades, One Anthropologist. Cambridge , Massachusetts : Harvard University Press.
5) Giddens, Anthony. 1989. 1991. Sociology. Cambridge , UK : Polity Press.
6) Jary, David & Julia Jary. 1991. Collins Dictionary of Sociology. Glasgow : HarperCollins.
7) Koentjaraningrat (Redaksi). 1971. 1993. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan.
8) ________. 1974. 1984a. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia.
9) ________. 1984b. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka.
10) Melalatoa, M. Junus (Penyunting). 1997. Sistem Budaya Indonesia . Jakarta : FISIP UI dengan PT Pamator.
11) Mulder, Niels. 1989. Individual and Society in Java – A Cultural Analysis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
12) Pemberton, John. 1994. On the Subject of “Java”. Ithaca and London : Cornell University Press.
13) Peursen, C. A. Van. 1976. Strategi Kebudayaan. Jakarta : BPK Gunung Mulia; Yogyakarta : Kanisius.
14) Quilici, Folco. 1972. 1975. Primitive Societies. London : Collins. New York : Franklin Watts.
15) White, Leslie A. with Beth Dillingham. 1973. The Concept of Culture. Minneapolis , Minnesota : Burgess.
Lampiran-lampiran
Lampiran 1: Contoh-contoh Gambar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar